Sukakah, siapkah Anda Menjadi Seorang Motivator?
Demikian juga dengan sebuah tim, setiap anggota memerlukan motivational leadership untuk membuat mereka bertahan lebih lama dalam melewati masa-masa sukar, lebih termotivasi mengejar target, lebih bersemangat mencapai tujuan bersama, dan seterusnya. Motivator sungguh diperlukan di sini. Ya jiwa-jiwa motivator yang terbentuk dari aneka pengalaman dan kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan.
Sebagai seorang pemimpin yang juga seorang motivator sudah menjadi tugas Anda untuk memotivasi, mendukung dan mengangkat tim supaya meraih peningkatan bersama. Ketika Sir Ernest Shackleton mulai berlayar pada tahun 1914, ia melakukannya dengan tujuan menjadi orang pertama yang menyeberangi Antartika.
Haryanto Kandani: "Jadilah seorang motivator dan kita akan menarik banyak orang datang pada kita." |
Tetapi kapalnya tidak pernah sampai di tujuan. Kapal itu tertahan di perairan es selama berbulan-bulan sebelum akhirnya tenggelam. Shackleton dan kedua puluh tujuh awak kapal terapung-apung di atas gumpalan es yang sangat dingin, hanya dengan tiga perahu sekoci yang reyot, beberapa tenda, dan perbekalan yang minim.
Akhirnya, mereka sampai di sebuah pulau kecil. Bagaimana caranya Shackleton mencegah harapan pada awaknya memudar? Bagaimana ia menguatkan seluruh tim yang ada untuk tetap tabah dan bertahan? Pertama, sang pemimpin, sang motivator, memberikan teladan optimisme. Ia sadar betul bahwa rasa optimis itu menular. Ketika anak buah melihat pimpinannya tetap semangat, tidak loyo, tetap percaya bahwa segalanya akan baik-baik saja, maka mereka pun bertindak dan bersikap serupa.
Kedua, ia memelihara rasa harga diri pada awaknya. Ia mengikurtsertakan semua orang dengan menanyakan pendapat mereka tentang apa yang mesti dilakukan di tempat terpencil itu, bagaimana menghubungi orang luar agar mendapat bantuan. Selain itu, Shackleton pun memberikan tugas kepada tiap-tiap orang supaya mereka menganggap dirinya benar-benar penting dan bagian dari penyelesaian masalah yang ada. Orang-orang itu seyogyanya bisa menjadi motivator bagi diri mereka sendiri.
Mario Teguh, Motivator Super |
Andrie Wongso, Motivator Top yang tidak lulus SD |
Ketika seorang pemimpin tidak dapat atau tidak mau memberdayakan orang lain sebagai motivator, ia menciptakan hambatan di dalam organisasi. Padahal pemberdayaan berdampak besar, bukan saja bagi orang yang sedang dikembangkan, atau didukung tetapi juga bagi sang mentor sendiri. Lihatlah Shackleton, waktu dia menguatkan para awak kapal sebagai motivator, bukan saja orang-orang yang merasa dikuatkan dan dipupuk harapannya, ia sendiri pun mengalami hal itu.
Tung Desem Waringin, Motivator Dahsyat |
Motivasi membantu orang mengetahui apa yang harus ia kerjakan, dan mau melakukannya tanpa paksaan. Motivasi membantu orang mengetahui komitmen seperti apa yang harus mereka buat dan mewujudkannya. Motivasi membantu orang mengetahui kebiasaan buruk apa yang mesti dipatahkan dan mengerjakannya. Motivasi merangsang orang untuk menjadi motivator dan membuat orang lain jadi motivator pula.
Motivasi membantu orang mengetahui jalur mana yang harus mereka tempuh, dan mengambil jalur itu. Mengenai hal ini, Bill Marriott, Direktur Utama Marriott Hotels pun mengatakan sebagaimana seorang motivator bicara, “Motivasikanlah mereka, latihlah mereka, berilah perhatian kepada mereka, dan jadikanlah mereka para juara. Kita tahu bahwa bila kita memperlakukan karyawan dengan benar, maka mereka pun akan memperlakukan pelanggan dengan benar. Dan jika pelanggan diperlakukan dengan benar, mereka pasti kembali.”
Namun demikian berhati-hatilah, sebab kadang pemimpin suka tertukar antara memotivasi dengan memanipulasi. Motivasi terjadi saat kita, sebagai motivator, membujuk orang lain untuk melakukan sesuatu dengan usaha terbaik mereka. Sementara manipulasi adalah membuat orang lain melakukan sesuatu untuk kepentingan diri kita sendiri.
Siapa pun bisa jadi motivator kalau mereka mau |
Ya, tidak ada orang yang suka bekerja sama dengan seorang manipulator. Saat anak buah mengetahui sikap buruk kita tersebut, mereka dengan sendirinya akan mengundurkan diri atau mengurangi produktivitas mereka. Di sisi lain bila kita membangun kepemimpinan dengan nilai kejujuran, membuat orang melakukan yang terbaik, yang menguntungkan kedua belah pihak dan secara otomatis kita jadi motivator bagi orang banyak, maka dapat dipastikan bahwa kesuksesan yang kita bangun akan bertahan dalam jangka panjang.
Percayalah bila kita mampu membuat orang lain melakukan sesuatu yang kita mau karena dia mau melakukannya, maka produktivitas akan meningkat, performa akan maksimal, dan dua belah pihak sama-sama senang. Thomas Carlisle mengatakan, “Orang besar menunjukkan kebesarannya dengan cara dia memperlakukan orang kecil.” Ya, sikap kita dalam memperlakukan orang akan menentukan apakah kita seorang motivator atau malah manipulator.
Jadilah seorang motivator dan kita akan menarik banyak orang datang pada kita.
No comments:
Post a Comment